Nias – Sumatera Utara – (SIN) – Tim Perkumpulan Marga Gulo (PERMAGI) Ketua Yasiduhu Gulo, Wakil ketua Drs. Fa’atulo Gulo, Sekretaris Paustinus Gulo, S.H, meninjau lokasi peninggalan leluhur nenek moyang marga Gulo atau Tuada”GULO”(Nias -red), di desa Akhelauye kecamatan Gido, Sabtu (13/4/2024).
Setibanya di lokasi antusias masyarakat setempat, bersama kepala desa Amolisi Gulo Akhelauye dan juga turut hadir calon anggota DPRD terpilih dari partai Golkar Yaredi Gulo,S.E.
Wakil ketua Permagi, sebagai tokoh masyarakat dan gelar adatnya Balugu Anofula, Drs. Fa’atulo Gulo menyampaikan bahwa kehadiran kami untuk melihat dan melakukan peninjauan lokasi peninggalan leluhur Tuada GULO (Nias -red) atau nenek moyang mado (marga) Gulo di desa Akhelauye, karena selama ini hanya mendengar cerita atau tuturan orang tua bahwa leluhurnya marga Gulo berada di desa Akhelauye, dan pada hari ini terbukti dengan cerita itu bahwa ada benarnya peninggalan leluhur kita Tuada GULO seperti batu megalit,”ucapnya.
Lanjut mantan pensiun Kadis Perhubungan, Drs. Fa’atulo Gulo bahwa ini awal kebangkitan marga (mado) Gulo di Tano Niha, bila marga Gulo bersatu maka Nias ini menjadi pulau impian. Dan menjadi motivasi bagi kita untuk menjunjung tinggi Budi luhur adat istiadat dan peradaban.
Ditambahkannya, bahwa lokasi peninggalan leluhur kita Tuada GULO berpotensi objek wisata kedepan, untuk itu marilah kita bergandengan tangan bahu membahu memperjuangkan dan mengusulkannya kepada pemerintah, namun diharapkan terutama masyarakat setempat bersatu dan merawatnya.
Tokoh masyarakat setempat, Faigiatulo Gulo alias Ama Suma mantan kades Akhelauye, umur 80 tahun, menjelaskan bahwa Tuada GULO merupakan anak bungsu laki-laki dari Tuada HO, Tuada HO memiliki 4 orang anak yakni ; Waruwu (anak sulung), Halawa (anak kedua), Gulo (anak bungsu laki-laki), dan Ndraha (anaknya perempuan),”tutur Ama Suma menirukan cerita orangtua terdahulu.
Terus Ama Suma Gulo ini, menyampaikan bahwa Tuada GULO memiliki anak 9 (sembilan) orang anak laki-laki dan masing-masing memiliki 9 (sembilan) batu megalit. Dan anaknya yang sembilan orang ini terpencar-pencar di seluruh kepulauan Nias, ada di desa Dekha, Lewa-Lewa, Tuhemberua, Atualuo, Mandehe (Nias Barat), Lolozasai, Huruna, Balodano, Lahewa (Nias Utara), dan ada juga yang menetap seperti kami saat ini,”jelas Faigiatulo Gulo alias Ama suma.
Masih Ama Suma Gulo, dikatakannya bahwa ada Batu Fondrako yang merupakan tempat memutuskan hukuman bagi orang yang bersalah, dan ada juga Batu tempat mengesekusi bagi orang yang bersalah,”kata Ama Suma Gulo.
Ketua Permagi, Yasiduhu Gulo mengatakan bahwa kami memiliki kerinduan untuk mengetahui silsilah atau leluhur Tuada GULO, ternyata leluhur Tuada GULO berada di Akhelauye kecamatan Gido. Setelah kita melihat langsung lokasi peninggalan leluhur kita Tuada GULO seperti batu megalit, dan juga tempat makamnya dan ini menjadi referensi kita.
Yasiduhu Gulo dikatakannya lagi bahwa dengan adanya organisasi Permagi sebagai wadah pemersatu kita Mado Gulo yang telah terpencar-pencar di seluruh Indonesia, boleh kita memberikan ide dan pemikiran cemerlang untuk membangun.
Bila kedepannya lokasi peninggalan leluhur kita Tuada GULO, dimungkinkan bisa objek wisata alam maka bersedia menghibahkan lahannya, dan hal ini bisa jadi penghalang kemajuan bila tidak ada kesediaannya. Dan seterusnya kita terus bangun komunikasi untuk kemajuan kita bersama,”ucap mantan anggota DPRD Nias Barat mengakhiri.
Kades Akhelauye, Amolisi Gulo menyambut baik kehadiran tim perkumpulan marga Gulo (Permagi), di desa kita ini dan juga sebagai tempat peninggalan leluhur kita Tuada GULO, dan harapan kita semua agar terwujud apa yang menjadi impian Permagi terutama kemajuan dibidang wisata. Dengan adanya organisasi Permagi ini, bisa saling mengenal dan bisa kita dipersatukan, karena kami saudara kalian di desa Akhelauye tak terpikirkan hal ini, tapi kehadiran Permagi membawa sukacita dan kemajuan,”harap kadesnya.
Sementara DPRD kabupaten Nias,Yaredi Gulo,S.E, berbangga dengan hadirnya Permagi yang dapat menyatukan Mado Gulo diberbagai tempat.
Terus Yaredi Gulo, S.E, bahwa kami anggota DPRD terpilih tentunya kami mendukung dan mempertahankannya di lembaga legislatif.
Keinginan kita lokasi peninggalan leluhur kita Tuada GULO, dengan impian objek wisata tentunya disesuaikan dengan anggaran yang ada, pertimbangannya apa dampak income-nya bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat ketika dibangun objek wisata ditempat ini. Namun kita tetap mendukung dan mempertahankan aspirasi ini, dan kami tidak buru -buru menyampaikan harapan ini semua ada mekanismenya,”terang Yaredi Gulo,S.E.
Usai dilokasi peninggalan Tuada GULO, terus menuju lokasi Tuada HO di desa Lahemo Kecamatan Gido, dan desa Dekha Kecamatan Ma’u.
(ArG)
If a satirical journalism website made the laws, we might actually be better off. – spintaxi.com
(White) I’ve got a soft spot—for bourbon and fights. — spintaxi.com
I read satirical journalism articles and wonder if I accidentally clicked on a real news site. – spintaxi.com
Why do socks disappear in the dryer but never the ones you hate? — spintaxi.com
What’s the deal with “dry clean only”? My shirt’s afraid of water now? — spintaxi.com
(White) I stretched for the remote—now I’m crippled. — spintaxi.com
I went to a sober bash—snuck a pint and won. — spintaxi.com
Satirical journalism analysis is basically a masterclass in critical thinking. — spintaxi.com
I wish satirical journalism articles weren’t so painfully accurate. – spintaxi.com
What’s with “easy returns”? I’m still mailing my socks back! — spintaxi.com
I tried Pilates—now I’m stiff and mad. — spintaxi.com
The content is a dull parade of recycled garbage.
The designer’s idea of creativity must be stealing from a 90s Geocities page.
This site is so outdated it could be a relic in a museum.
The text is a slog that could bore a hyperactive toddler.
This site is a monument to failure that should be deleted forever.
This site crashes more often than a toddler on a sugar high.
This website is a digital landfill with extra steps.
The content is so bad it makes elevator music sound thrilling.
The designer clearly thinks random flashing ads are peak design.
The designer’s creativity is a flatline on life support.
The content is so bad it makes elevator music sound thrilling.
This content is a steaming pile of recycled nonsense.
This site loads slower than a sloth on sedatives.
The designer’s skills are a tragedy wrapped in a catastrophe.
The designer must have a PhD in making people hate technology.
This website is a disaster so epic it deserves its own documentary.
The text is so awful it could ruin a perfectly good day.
The content is as fresh as a moldy loaf of bread.
The content is so bad it makes elevator music sound thrilling.
This is the internet equivalent of stepping in dog poop.
The writing is so bad it could make a spellchecker quit.
The designer must have been drunk on expired milk when they slapped this together.
This site is so slow it could be outrun by a three-legged turtle.
The text is a snoozefest that could bore a caffeine junkie.
I’ve seen better layouts in a dumpster fire.
The writing is so atrocious it could scare off a grammar nazi.
This website is a digital equivalent of a clogged toilet.
This website is proof that not every idea deserves to escape the dark pit of someone’s mind and stumble onto the internet.
The graphics look like they were drawn with a crayon in the dark.
The designer’s skill level is stuck in a dial-up era nightmare.
The designer’s skills are a tragedy wrapped in a catastrophe.
The text is so dry it could dehydrate an ocean.
The designer must have been asleep during the entire process.
This website is a masterclass in how to waste everyone’s time.
The color scheme screams I hate my eyes and everyone else’s too.
This website is a disaster so epic it deserves its own documentary.
The text looks like it was written by a bot with a concussion.
The designer’s work is an insult to screens everywhere.
The text is a slog that could bore a hyperactive toddler.