Nias – Sumatera Utara – (SIN) – Panitia Penelusuran Silsilah Marga Gulo terus melakukan peninjauan di Lolozasai Desa Ehosakhozi Kecamatan Huruna, Sabtu (27/4/2024).
Wakil ketua panitia Penelusuran Silsilah Marga Gulo, Drs. Fa’atulo Gulo dalam kata pengantarnya dikatakannya bahwa isinya adalah bagaimana marga Gulo di seluruh Indonesia boleh bersatu sesuai tujuan Permagi yang dibentuk oleh saudara kita di Jakarta.
Ditambahkannya, Drs. Fa’atulo Gulo mengatakan bahwa dengan kerja panitia tidak dimotivasi dengan nuansa politik, tetapi untuk mengenal silsilah marga Gulo dan juga pembugaran dan merawat batu megalit (Behu bhs Nias -red ). Dan kami panitia penelusuran silsilah marga Gulo telah melakukan peninjauan beberapa lokasi yakni ; desa Akhelauwe (Gido), desa Dekha (Ma’u), desa Hilimbowo (Lolofitu Moi), dan Lolozasai desa Ehosakhozi (Huruna).
Sementara ketua panitia penelusuran marga Gulo, Ir. Yasiduhu Gulo mengatakan bahwa pada awalnya kami lakukan penelusuran di desa Akhelauwe yang merupakan asal leluhur Tuada Gulo.
Masih ketua panitia penelusuran marga Gulo, Ir. Yasiduhu Gulo mengatakan bahwa ada sembilan batu megalit yang merupakan tanda bahwa anak Tuada Gulo ada sembilan orang. Dan cerita sejarah leluhur marga Gulo merupakan penuturan turun temurun dari orangtua terdahulu, dan tentunya silsilah marga Gulo setelah dilakukan penelusuran maka akan dibukukan menjadi sejarah silsilah marga sehingga menjadi referensi bagi generasi penerus.
Oleh Camat Huruna, Fasama’arti Gulo menyambut baik kedatangan panitia penelusuran marga Gulo, dan tentunya ini sangat baik sehingga kita bisa mengenal bagaimana silsilah marga Gulo, khususnya marga Gulo di Lolozasai Ehosakhozi ini.
Lanjut Camat Huruna, Fasama’arti Gulo dengan akrab dipanggil Ama Tasya mengatakan bahwa tidak akan menjanjikan pembangunan, akan tetapi kita pasti akan melakukan upaya. Dan diharapkan agar yang punya lahan harus ada kesediaannya untuk menghibahkan lahannya tidak menuntut kerugian bila kita mau maju dan dibangun batu megalit yang merupakan peninggalan leluhur marga Gulo khususnya di Lolozasai desa Ehosakhozi, marilah rawat dan dibersihkan sehingga ketika ada tim survei maka menjadi ada daya tariknya, dan bila dilakukan pembugaran lokasi batu megalit ini boleh jadi objek wisata alam yang menarik perhatian pengunjung.
Untuk mewujudkan impian ini, harus bergandengan tangan, bergotong royong dan itu nilai kebersamaan, karena motto orangtua dulu,”Aoha Noro Nilului Waoso, Aoha Noro Nilului Wahea, Alisi Khoda Tafadaya -daya, Hulu Khoda Tafawolo-Wolo, Ta’olae Gulinasi, Ta’olikhe Gawoni. Dan motto ini sangat menginspirasi kita saat ini, coba kita lihat batu megalit ini atau Behu ini begitu besar dan mencapai 1 ton dan boleh lebih akan tetapi berkat kerjasama dan gotong royong maka batu ini boleh terangkat, untuk itu mengedepankan kerjasama yang,”Camat Huruna, Fasama’arti Gulo mengakhiri.
(ArG)